Minggu, 22 Mei 2011

Siapakah Zionis Israel Itu Sebenarnya? III dan IV


bangsa Khazar ke dalam komunitas Yahudi telah menambah watak kaum tersebut menjadi lebih brutal. Kaum Yahudi sejak lama memang telah dikenal sebagai kaum yang tidak bisa dipercaya karena berbagai pengkhianatan yang dilakukan, culas, selalu ingin menang sendiri, dan hanya mau mendengarkan suara kaumnya. Khazar mengubah Yahudi yang memang jahat menjadi bertambah jahat lagi.

Kita tentu tidak lupa bagaimana orang-orang Yahudi ini mengkhianati Musa a.s. yang telah menyelamatkan mereka dari kejaran tentara Firaun, namun mereka bukannya berterima kasih kepada Musa, melainkan membuang ajaran Taurat Musa dan menggantinya dengan menyembah Sapi Betina yang didasarkan pada kitab hitam Talmud. Kita tentu tidak lupa bagaimana orang-orang Yahudi ini membunuh banyak nabi, bahkan nabi dari kalangan mereka sendiri.

Dalam hal konsep Zionisme, Yahudi asli memang telah lama memilikinya. Hanya saja, para Rabbi Yahudi meyakini jika Zionisme atau Gerakan Kembali ke Bukit Zion hanya akan terjadi ketika Raja Yahudi sudah kembali datang ke tengah mereka dan memimpin kaum Yahudi untuk bisa ke sana. Konsep Zionis asli adalah konsep mesianik, bersifat pasif. Namun oleh Khazar hal ini diubah seratus delapan puluh derajat. Menurut Yahudi Khazar, gerakan kembali ke Bukit Zionis di Palestina jangan menunggu sampai datangnya Mesiah, namun orang-orang Yahudi harus merebutnya sendiri dengan cara apa pun, jika perlu dengan angkat senjata.

Inilah konsep Zionisme yang ada dewasa ini. Bangsa Khazar memang mempunyai dendam kesumat terhadap orang Kristen karena mereka menganggap runtuhnya Imperium Khazar disebabkan serbuan Byzantium dan Kristen Rusia. Berabad kemudian dendam yang sama yang dipelihara oleh Ksatria Templar terhadap Gereja.

Dengan kecerdikan luar biasa, bermodalkan emas, orang-orang Khazar menyusup ke berbagai lini kekuasaan Eropa. Mereka inilah yang menjadi motor bagi gerakan konspirasi Yahudi. Mereka berada di belakang Talmud, berada di belakang dikorbarkannya Perang Salib, di belakang berbagai revolusi, di belakang berbagai penguasaan bank sentral, dan sebagainya.

Kaum Yahudi Khazar menyelenggarakan Konferensi Zionis Internasional I di Basel, Swiss, tahun 1897. Acara itu menobatkan Theodore Hertzl sebagai Ketua Gerakan Zionis Dunia. Agenda yang disahkan adalah apa yang telah ditulis Rothschild pada tahun 1773, dan menciptakan Tanah Yerusalem sebagai Negara Israel Raya. Padahal, saat itu Tanah Yerusalem hanyalah bagian kecil dari wilayah yang disebut sebagai Bumi Filistin atau Palestina, yang berada di bawah kekhalifahan Turki Utsmaniyah.

Hertzl tahu itu. Dia mencoba menyuap Sultan Hamid, Khalifah Turki Utsmani, agar mau menyerahkan Tanah Palestina kepada kaum Zionis. Namun Sultan Hamid dengan gagah menolaknya. “Selama nafasku masih ada, tidak akan penah kuberikan sejengkal pun tanah suci itu kepada kalian wahai Yahudi,” tegasnya. Sejarah telah mencatat, gagal dengan cara halus, akhirnya Zionis Yahudi main kasar. Lewat berbagai konspirasi, Turki Utsmani pun hancur pada Maret 1924.

Pada tahun 1940-an mereka menciptakan monster bernama Adolf Hitler dengan gerakan Nazi-nya yang memiliki ideologi yang sebangun dengan ideologi Zionisme. Monster Hitler dengan Nazi-nya ini bertugas mengusir banyak-banyak kaum Yahudi dari Eropa, agar mereka mau pindah ke Tanah Palestina. Perang Dunia I dan II sesungguhnya hanyalah upaya dekonstruksi peta demografi, terutama di Eropa dan Palestina. Dan sejarah juga telah mencatat bagaimana akhirnya kaum Zionis Yahudi ini berhasil mencaplok Tanah Palestina, dengan bantuan Inggris dan kawan-kawan. Bangsa Palestina yang merupakan pemilik yang sah Tanah Palestina diusir dan diteror. Penjajahan yang dilakukan Zionis Yahudi atau Zionis Israel ini terus berlangsung sampai sekarang.

Apa yang dinyatakan dengan istilah “Kemerdekaan Israel” seperti yang diucapkan Unggun “Samuel” Dahana, Muhammad Nur “Benjamin” Ketang, dan para kolaborator Zionis lainnya, sesungguhnya adalah hari terusirnya Bangsa Palestina dari tanah hak miliknya sendiri, hari dimana Bangsa Palestina dibantai, hari di mana perempuan-perempuan Palestina diperkosa, hari dimana bayi-bayi Palestina dibunuh dan dibuang begitu saj ake dalam api yang berkobar-kobar. Kebiadaban inilah yang mereka rayakan dengan suka cita.

Kristen dan Zionisme

Pernyataan kedua yang dikatakan para kolaborator Zionisme tersebut adalah klaim jika umat Kristiani mendukung Zionisme Israel secara terbuka. Benarkah itu?

Adalah menjadi satu pertanyaan besar saat ini, mengapa aras utama umat Kristiani Dunia di dalam aspirasi politiknya sekarang cenderung satu suara, satu tujuan, satu sikap, dengan kaum Zionis-Israel seperti yang diperlihatkan dengan begitu baik dalam acara solidaritas Israel-Amerika bertajuk Stand With Israel yang digagas tokoh Gedung Putih Zionis-Yahudi bernama Paul Wolfowitz pada tahun 2002 lalu? Atau mengapa ketika Gereja Nativity di Betlehem, Palestina, sebuah gereja tersuci dalam agama Kristen karena diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus, dikepung dan ditembaki tentara Zionis-Israel, umat Kristen dunia diam dan tidak menunjukkan reaksi apa pun?

Kedekatan Dunia Kristen dengan kaum Zionis kini berasal dari sebuah infiltrasi dan rekayasa ideologis yang telah dilakukan lama sekali oleh kaum Yahudi. Sejarah mencatat, betapa dulu, kedua pihak ini—Yahudi dan Kristen—memiliki sejarah konflik yang sangat keras dan berdarah-darah. Bahkan Yesus pernah dikejar-kejar penguasa Romawi untuk dibunuh gara-gara pengkhianatan seorang Yahudi. Beberapa peristiwa di masa silam seperti Dewan Inkuisisi di Spanyol dan Portugis, juga memperlihatkan betapa kerasnya Gereja memusuhi kaum Yahudi. Namun dalam sejarah kita juga menemukan beberapa peristiwa yang aneh yang membuat kita berpikir bahwa sebenarnya Gereja itu amat dekat dengan kaum Zionis. Mengapa itu bisa terjadi?

Kedekatan Zionis Yahudi dengan Kekristenan sekarang sesungguhnya hasil dari suatu penyusupan yang dilakukan kaum Yahudi ke dalam Gereja. Mereka menguasai Gereja dengan menjadi pendeta dan menghancurkan nilai-nilai asasi Gereja dari dalam.

Salah satu yang dicatat sejarah adalah apa yang diperbuat Pemimpin Tertinggi Kaum Yahudi di Istambul. Dalam surat balasannya, 24 Juli 1489, kepada Rabbi Shamur dan komunitas Yahudi di Perancis yang sedang ditindas oleh Raja dan Gereja, dia menyatakan agar orang-orang Yahudi segera memeluk Kristen sebagai kamuflase dan menghancurkan agama itu dari dalam. Mereka memenuhi Gereja agar bisa menjadi pemimpin-pemimpinnya dan kemudian menghancurkan nilai-nilai asasi dari Gereja dan menggantinya dengan nilai-nilai serta keyakinan Kabbalis mereka sendiri. Tentu saja, semua ini dilakukan dengan penuh kerahasiaan.

Salah satu hal yang paling mendasar untuk menaklukkan dan menunggangi Gereja dan umatnya adalah dengan merusak kitab suci umat Kristen itu sendiri. Untuk tugas ini, kaum Yahudi menyusupkan agennya bernama Paulus merapat ke Yesus sehingga dikenal sebagai Santo (orang suci) Paulus. Siapa sebenarnya Paulus?

Agar tidak mendapat kesangsian dari umat Kristen, maka untuk mengetahui siapa Paulus sesungguhnya hendaknya juga diambil dari sumber mereka sendiri yakni kitab suci Injil. Hindun al-Mubarak dengan cermat telah melakukan penelitian dan pengkajian terhadap Kitab Injil dan membuat Biodata Paulus yang cukup lengkap. Inilah kutipannya tentang Biodata Paulus:

Nama : Paulus/Saulus (Gal.5: 2; Kis.13: 9)

Tempat lahir : Tarsus, Kilikia (Kis.22: 3)

Pekerjaan : Tuna Karya (Rm.15: 23)

Jabatan : Mengaku Rasul buat bangsa bukan Yahudi (Rm. 11: 13; Ef. 3: 8; I Tim. 2: 7; Gal. 2: 7), Allah Bapa bagi umat Kristen (I Kor. 4: 15), Pendiri agama Kristen (Kis. 11: 26; I Kor. 9: 1-2).

Disunat : pada hari kedelapan (Flp. 3: 5)

Asal : Yahudi dari Tarsus (Kis. 21: 39; Kls. 22: 3)

Keturunan : Orang Israel (Rm. 11: 1), Ibrani asli (Flp. 3: 5)

Suku bangsa : Benjamin (Flp. 3: 5; Rm. 11: 1)

Kewarganegaraan : Romawi (Kis. 22: 25-29).

Dididik oleh : Gamalael (Kis. 22: 3)

Agama : Yahudi tidak bercacat (Flp. 3: 6; Kis. 24: 14)

Status : Tidak beristeri (I Kor. 7: 8)

Pendirian : Orang Farisi (Flp. 3: 5)

Kegiatan : Penganiaya pengikut Jalan Tuhan sampai mati, ganas tanpa batas dan penghujat (Flp. 3: 6; Kls. 8: 1-3; 22: 4-5; 26: 10-11; Gal. 1: 13; I Tim. 1: 13; I Kor. 15: 8-9; Kis. 9: 1-2).

Ciri khusus : Bersifat bunglon (I Kor. 9: 20-22; Kis. 23: 6), Punya kelainan (Rm. 7:15-26), Munafik (Kis. 21: 20-26; Flp. 3; 8-9; Gal. 5: 18; Rm. 6: 14; 7: 6; I Kor. 15: 55-56), Memberitakan kebenaran Allah dengan dusta (Rm. 3: 5-7), bergembira memberitakan Yesus walau dengan kabar palsu (Fil. 1: 18).

Mengalami : Berbicara dengan Tuhan (I Kor.12: 8-9), kemaluan (Paulus) ditinju dan ditendang oleh Yesus (Kis. 9: 5).

Akhir hayat : Mulutnya ditampar atas perintah Imam Besar (Kis. 23: 2), dijatuhi hukuman pancung oleh penguasa Romawi (Martyrs Mirror).

Itulah Paulus yang mendapat tempat istimewa di dalam kekristenan sekarang ini.


Belum cukup dengan Paulus, karena rupanya tidak semua orang Kristen mentaati Paulus ketimbang Yesus, maka Yahudi Talmudian memusnahkan semua Injil yang tidak mendukung kepentingannya. Alatnya adalah Konsili Nicea 325 M yang menghancurkan ratusan Injil yang tidak mengakui konsep ketuhanan Paulus dan hanya mengakui empat Injil yang semuanya mendukung Trinitas.

Dr. Muhammad Ataur Rahim yang meneliti sejarah kekristenan dan Yesus selama 30 tahun menyatakan bahwa pada abad pertama sepeninggal Yesus, murid-murid Yesus masih tetap mempertahankan ketauhidan secara murni. “Hal ini dapat dibuktikan dalam naskah The Shepherd (Gembala) karya Hermas, yang ditulis sekitar tahun 90 Masehi. Menurut Gereja, naskah itu termasuk kitab kanonik (yang dianggap suci). Di antara isi dari naskah tersebut berbunyi, ‘Pertama, percayalah bahwa Allah itu Esa. Dialah yang menciptakan dan mengatur segalanya. Dia menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Dia meliputi segala sesuatu, tetapi dia tidak diliputi oleh apa pun…’” Bahkan menurut Theodore Zahn, sebagaimana dikutip EJ. Goodspeed di dalam Apostolic Fathers, sampai dengan sekitar tahun 250 Masehi, kalimat keimanan umat Kristen masih berbunyi, “Saya percaya kepada Allah yang Maha Kuasa.”

Namun walau demikian, antara tahun 180 sampai dengan 210 Masehi, memang telah ada upaya-upaya untuk menambahkan kata “Bapa” di depan kata “Yang Maha Kuasa”. Uskup Victor dari Zephysius mengutuk penambahan kata tersebut dan menganggapnya sebagai pencemaran kemurnian kitab suci.

Salah satu tokoh penentang Gereja Paulus adalah Uskup Diodorus dari Tarsus. Lucian, seorang pakar Injil merevisi kitab ‘Septuaginta’, sebuah Injil berbahasa Yunani, dan memisahkan segala hal yang diyakininya tidak benar. Setelah bekerja keras, akhirnya Lucian menghasilkan empat buah Injil yang menurutnya adalah Injil yang benar-benar bersih dan bisa dipercaya. Namun dalam Konsili Nicea 325 Masehi, keempat Injilnya itu termasuk ke dalam kelompok Injil yang dimusnahkan.

Walau demikian, Lucian tidak melupakan kaderisasi. Salah satu muridnya bernama Arius, yang akan menjadi tokoh terkemuka dalam mempertahankan kemurnian ajaran Yesus Kristus dari serangan Gereja Paulus. Arius meyakini, umat Kristen seharusnya mengikuti ajaran sebagaimana yang diajarkan Yesus, bukan Paulus. Yesus diutus Tuhan untuk melengkapi dan meluruskan kembali Taurat Musa, hanya itu. Guru Arius, Lucian, dieksekusi mati oleh Gereja Paulus pada tahun 312 Masehi.

Tigabelas tahun kemudian, Konsili Nicea digelar. Kaisar Konstantin akhirnya mengeluarkan empat buah keputusan resmi. Keputusan itu adalah :

Pertama, menetapkan hari kelahiran Dewa Matahari dalam ajaran pagan, tanggal 25 Desember, sebagai hari kelahiran Yesus.

Kedua, hari Matahari Roma menjadi hari Sabbath bagi umat Kristen, dengan nama Sun-Day, Hari Matahari (Sunday).

Ketiga, mengadopsi lambang silang cahaya yang berbentuk salib menjadi lambang kekristenan, dan

Keempat, mengambil semua ritual ajaran paganisme Roma ke dalam ritual atau upacara-upacara kekristenan.

Selepas Konsili Nicea, antara Athanasius (Kubu Trinitas) masih saja berhadapan dengan Arius (Kubu Unitarian). Namun dengan adanya kompromi politik dan juga ancaman dari Konstantin, maka Arius dan pengikutnya pun dikalahkan. Ketika itu ratusan Injil yang tidak sesuai dengan konsep Trinitas dimusnahkan. Bahkan Gereja mengancam, siapa pun yang masih menyimpan Injil yang dilarang maka mereka akan dikenai hukuman mati. Suatu ancaman yang tidak main-main. Konsili Nicea menjadi ‘kemenangan besar’ bagi Gereja Paulus.

Sesungguhnya, Athanasius sendiri sebenarnya juga meragukan konsep Trinitas. Ia pernah menyatakan, “Tiap berusaha memaksakan diri untuk memahami dan merenungkan konsep ketuhanan Yesus, saya merasa keberatan dan sia-sia. Hingga makin banyak menulis untuk mengungkapkan hal itu, ternyata hal ini tidak mampu dilakukan. Saya sampai pada kata akhir, Tuhan itu bukanlah tiga oknum melainkan satu. Kepercayaan kepada doktrin Trinitas itu sebenarnya bukan suatu keyakinan, tetapi hanya disebabkan oleh kepentingan politik dan penyesuaian keadaan di waktu itu.”

Tahun 335 Masehi diadakan lagi Konsili di Tyre (sekarang masuk Lebanon). Di sini terjadi anti-klimaks. Athanasius dikutuk, dan kemudian disingkirkan ke Gaul. Arius bahkan diangkat menjadi Uskup Konstantinopel. Ini kemenangan bagi kaum Unitarian. Dua tahun setelah Konsili Tyre, Konstantin meninggal. Sepeninggal Konstantin, dua konsili lagi diselenggarakan: Konsili Antiokia tahun 351 Masehi dan Konsili Sirmium tahun 359 Masehi. Kedua konsili ini menetapkan bahwa keesaan Tuhan merupakan dasar kekristenan dan tidak mengakui konsep Trinitas.

Namun di luar, Gereja Paulus sudah berkembang dengan cepat di Eropa sehingga rakyatnya tidak menghiraukan hasil dua konsili ini.Tahun 387, Santo Jerome (dalam bahasa latin disebut sebagai Eusebius Hieronymus) menyelesaikan penulisan ulang Bibel Vulgate, Injil berbahasa latin pertama dan terlengkap, yang mencakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bibel Vulgate inilah yang kemudian dijadikan dasar bagi penulisan-penulisan Injil lainnya di Barat dan juga Dunia hingga hari ini. Vatikan pun aktif menghancurkan kembali semua Injil yang bukan berasal dari Jerome.

Secara diam-diam, kaum Yahudi Talmudian dan tentu saja Yahudi Khazar mengawal pertumbuhan Gereja, sehingga hanya Gereja Paulus saja yang berkembang. Namun mereka ini juga bermain di sisi yang berlainan. Saat Martin Luther dan gerakan protesnya mencuat, ordo ini menungganginya, juga dengan Calvinisme.

Lahirnya Judeo Christianity

Patut dicatat, kedua gerakan reformasi gereja ini sebenarnya tidak menyentuh akar kekristenan Gereja Paulus dan tetap menerima konsep Trinitas sebagai dasar keimanannya. Kaum Yahudi Talmudian percaya jika penafsiran dan penulisan Injil harus selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Sebab itu, ketika wacana negara Israel terangkat ke permukaan seperti yang dicetuskan dalam Kongres Zionis Internasional I di Basel Swiss tahun 1897, hampir secara bersamaan, kaum Yahudi ini pun melakukan penulisan ulang Injil versi King James yang menjadi Injil utama negara-negara berbahasa Inggris di dunia. Konspirasi memerintahkan agennya, Cyrus L. Scofield, melakukan tugas ini.

Cyrus Ingerson Scofield (lahir 19 Agustus 1843) adalah seorang veteran perang saudara Amerika. Dia sama sekali bukan ahli agama, pastor, atau pun sarjana. Scofield tak lebih dari seorang petualang yang pintar berbicara dan mudah meyakinkan orang. Tipikal orang seperti inilah yang kemudian dirasa cocok oleh kaum Zionis Yahudi untuk menjalankan misinya mengubah penafsiran umat Kristen terhadap Alkitab, yang mampu membawa rahasia ini ke dalam liang kuburnya. Latar belakang Scofield sendiri berasal dari keluarga yang berantakan, punya catatan kejahatan, dan sering menipu orang. [bersambung/rz]
eramuslim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar