Sabtu, 14 Mei 2011

Berdalih menyita Bom di Iraq, ternyata USA menjarah Manuskript dan membakar Perpustakaan bersejarah

Pelancong Wilson Bettj Inggris mencuri 1.200 manuskrip Iraq, Fr marteen Swedia mencuri dan menjual manuskript Islam, USA dengan dalih mencari bom Iraq ternyata mencuri manuskrip
......
Dr. Ushamah Naqsabandi menulis di majalah Turatsiyat (Juli, 2006) tentang “serial” penyelundupan manuskrip ke luar dari negeri seribu satu malam itu. Ulah kriminal itu telah berjalan sejak abad 17. Kasus yang paling heboh, adalah hilangnya 1.200 manuskrip dari Iraq. Belakangan diketahui, manuskrip itu berada di perpustakaan museum Inggris. Perpindahan itu ternyata atas ulah tangan seorang pelancong Inggris bernama Wilson Bettj. Pada tahun 80-an, pemerintah Iraq telah berusaha meminta kembali manuskrip-manuskrip itu, walau akhirnya gagal.

Hal yang sama dilakukan oleh Fr Marteen dari Swedia pada akhir abad 19. Manuskrip-manuskrip Iraq dibawanya hingga ke Boston, Amerika. Setelah itu, ia mulai menikmati hasil curiannya. Kini, ia berprofesi sebagai penjual manuskrip dan benda-benda bersejarah di Eropa pada awal abad 20.

Ushamah, yang menjadi Direktur Dar Mahtuthat Iraqiyah (Wisma Manuskrip Islam) menyebutkan, sejak Amerika mengancam hendak menyerang Iraq pada tahun 1991, kasus pencurian manuskrip makin parah. Sekitar 364 manuskrip hilang, termasuk beberapa manuskrip langka, seperti Sihr al Balaghah dan Sir Al Bar’ah karya Imam Tsa’labi, yang ditulis pada 482 H. Tidak hanya itu, manuskrip-manuskrip yang berada di perpustakaan Fakultas Adab Universitas Baghdad juga banyak yang raib.

Ketika Amerika menduduki Iraq, kelestarian manuskrip semakin terancam. Bukan hanya pencuri yang menginginkan, tentara Amerika sendiri mengincarnya. Ushamah menuturkan, tentara negeri Paman Sam itu pernah berupaya menjebol pintu gudang penyimpaman manuskrip. Tapi gagal. Mereka kemudian mencoba membakar pintu. Beruntung para penduduk sekitar mencegahnya, hingga mereka ngacir pergi.

Selesai? Belum. Mereka kembali lagi dengan dalih bahwa tempat itu adalah gudang penyimpanan bom. Ushamah akhirnya membuka tempat itu, dengan disaksikan para wartawan internasional, untuk membuktikan bahwa bangunan itu adalah tempat penyimpanan manuskrip. Tapi keesokan harinya para serdadu itu kembali lagi. Mereka hendak mengangkut manuskrip-manuskrip yang berada di 70 peti, untuk di bawa ke kamp militer mereka. Masyarakat tidak tinggal diam, mereka menghalangi dan mengepung pemimpin tentara itu, hingga mereka pergi dengan tangan hampa.

Tak hanya manuskrip yang dijarah, pasukan Amerika dan Inggris juga ikut mencuri benda-benda bersejarah di museum nasional Iraq, serta membakar beberapa perpustakaan yang berisi manuskrip. Para saksi mata yang enggan disebut namanya (karena alasan kemanan) mengatakan, pasukan Amerika dan Inggris dengan membawa beberapa tank, mendatangi musium nasional Iraq. Mereka menjarah benda-benda bersejarah. Setelah itu, para penjarah dari luar ikut beraksi disaksikan tentara Amerika dan Inggris. Akibatnya, sekitar 17 ribu benda berharga yang menjadi saksi sejarah dan peradaban Iraq raib dari museum itu. Begitu juga nasib perputakaan per-waqafan Baghdad yang memiliki menuskrip langka, juga musnah.

Seakan kurang sempurna bagi Amerika, jika kekayaan intelektual umat Islam di Iraq belum musnah total. Di samping terjadi penjarahan terhadap Museum Nasional, Al Jazeera (17/3/2004) menyebutkan, bahwa Dar al Kutub wa al Watsaiq, perpustakaan yang juga penuh dengan manuskrip ikut menjadi sasaran penghancuran dan penjarahan. Di tempat yang sudah hancur itu, dulu tersimpan dokumen sejarah Iraq sejak masa ‘Utsmani, penjajahan Inggris, karajaan, hingga Iraq menjadi negara republik. Total, jumlah dokumen bersejarah yang tersimpan di tempat itu sekitar 17 juta.

Sebenarnya Koichiro Matsura, kepala UNESCO, pernah mencoba menghentikan aktivitas pemusnahan manuskrip dan dokumen sejarah di Iraq. Ia mengirim surat kepada pemerintah Inggris dan Amerika pada tahun 2003, agar pasukan mereka ikut andil dalam menjaga kekayaan intelektual di Iraq. Ia juga meminta kepada Interpol agar mencegah penyelundupan benda-benda bersejarah dan manuskrip Iraq. Akan tetapi, sebagaimana yang terjadi, usaha itu tidak memberi efek sama sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar