Kamis, 12 Mei 2011

HUKUM FISIKA DALAM ISLAM

Hukum Fisika, Filsafat & Agama: Hukum Kekekalan Energi serta Hukum Kesetimbangan & Cobaan-hukumanNya (*)

Assalaamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh (semoga engkau yang beriman dan kuhormati selamat, dan rahmat serta berkah Allah untukmu).


Bismillah (dengan nama Allah).

Kiranya kita masih ingat satu Hukum Fisika:

Hukum Kekekalan Energi: Energi tak dapat diciptakan dan tak dapat dimusnahkan. Ia hanya (dapat) berpindah bentuk.

Dalam khazanah Islam, kita mengetahui bahwa beberapa Asma'ul Husna (nama yang baik) dari Allah ("Al-Lah" atau "The God" atau "Sang Tuhan"), antara lain adalah bahwa Beliau adalah:

* "al Awwal" (Yang Awal)
* dan "al Akhir" (Yang Akhir).

Juga bahwa "Allah (adalah) al Ahad" (Yang Satu) yang disebutkan dalam QS Al Ikhlas dan dalam semboyan Monotheistik/Satu Tuhan agama Yahudi yakni "Elohim Ahud".

Atau, Tuhan disebut pula sebagai "The One", atau "Causa Prima" dalam beberapa telaah Filsafat dan alirannya (kecuali Filsafat Atheisme yang tak mempercayai adanya Tuhan), atau bahkan "The Force" dalam 'filsafat Jedi' dalam Film "Star Wars" yang mendunia itu, dan menurut pembuatnya, ia serap dari ajaran "Zen", "Tao", Buddha" dan lain-lain.

Maka, Beliaulah pemilik energi dan apapun juga, tentu saja.

Dan bahkan telaah Filsafat tingkat lanjut dalam masa "Filsafat Pos-Modernisme/Avant Garde/New Age" - yang dimulai sejak di akhir abad keduapuluh (XX) Masehi alias sedang berlangsung sekarang ini di abad XXI Masehi- telah mengarah ke sana, ke pemahaman akan satu sumber energi awal dan akhir, dan menjadikan dunia sekarang semakin religius setelah sebelumnya, kering cenderung berpegang kepada Rasio (Akal-Logika) saja di masa "Filsafat Modern" dengan segala kerusakan yang ditimbulkannya.

Maka, dunia bergerak dari pemahaman "Sekulerisme" menjadi semakin menyeimbangkan diri dengan "Religi" (antara kekuatan Akal dan kekuatan Hati), saat ini, yang sebenarnya sedari awal jaman adalah telah demikian, sesuai aneka pesan para Nabi, sebagai salah satu isyarat cara mencapai kesejahteraan, kedamaian, kebahagiaan, dan sebagainya. Hanya Setan (energi negatif) dan manusia sekutunyalah yang menyelewengkannya.

Maka, ini dapat insya Allah membawa kita ke Hukum Fisika mengenai Hukum Kesetimbangan:

"Gaya atau tekanan (stress) yang bekerja terhadap sesuatu yang seimbang (setimbang) adalah (dapat disamakan menjadi) nol (atau tiada)."

... Duhai, siapakah yang tak ingin hidupnya seimbang dan bebas dari tekanan?

Maka, semoga kita dapat memahami cara mencapai keseimbangan itu, dengan sebaik-baik cara, dengan cara Pemilik Kehidupan Yang Maha Mengetahui Segalanya.

Lalu, Filsafat "Pos-Modernisme" yang saat ini berlangsung dengan antara lain semboyan "Back To Nature atau Deconstruction" ini sendiri, meninggalkan, melawan, atau mendekonstruksi "Filsafat Modernisme/Rasionalisme" (yang marak kira-kira dalam kurun waktu abad XVII-XX Masehi lalu), yang amat cenderung menafikan Tuhan, berpegang kepada Rasio (saja), dan melahirkan "Sekulerisme-Neo Atheisme-Komunisme" itu.

Sementara, Filsafat "Modernisme-Rasionalisme" itu sendiri, omong-omong, adalah sebagai reaksi perlawanan langsung terhadap "Filsafat Masa Abad (-abad) Pertengahan/Medieval/Abad (-abad) Kegelapan" (kira-kira dalam kurun waktu abad I-XV Masehi) sebelumnya, yang terlalu 'religius membabi-buta dogmatis' itu bagi sekalangan Pemikir Barat, dan karenanya, mereka lawan dengan Rasio (Akal), menuju "Masa Modern" setelah "Masa Renaissance" (sekitar kurun waktu abad XV-XVII Masehi).

Di satu sisi, itu sukses menumbangkan aneka kebodohan dan takhayul Abad Pertengahan Barat, namun juga keterlaluan membawa pemercayanya ke kekeringan hidup berdasarkan Akal saja. Dan saat ini kemudian diekspor ke berbagai wilayah dunia lain, juga menimbulkan kerusakan yang sama, yang bahkan mungkin latenis, tak cepat disadari. Termasuk, membentuk negara-negara lucu, misalnya negara Islam atau Kristen yang Sekuler.

Namun, sekarang, "Sekulerime", "Komunisme", bahkan "(neo) Atheisme", pelan-pelan sedang runtuh, sedang menuju kondisi "Obsolete" atau basi. Dan di beberapa belahan dunia, memang sedang demikian. Ditambah aneka kebasian kondisi non-Islami, walaupun dilakukan oleh orang-orang yang mengaku muslim. Katakanlah, para Diktator dan Manipulator berkedok status muslim. Kita sedang menyaksikan itu, di berbagai wilayah dunia, yang bertopeng keislaman, namun sesungguhnya adalah kedurjanaan. Muslim, yang mengaku muslim, namun tak berbuat islami, termasuk komunitas muslim yang tak saling menjaga, PASTI akan dipermalukan, demikian janji Allah di QS Al Israa' ayat 7 dan ayat 16, Al Anfaal ayat 25 dsb.

Sementara, maka, juga adalah Beliaulah, Sumber Energi itu, aneka energi yang kemudian setidaknya dipilah menjadi besaran Konstanta dan Variabel, dalam pendekatan Ilmu Matematika (termasuk Chaotic Theory) untuk memahami sistem dinamis besar Manajemen-Manajerial dunia ini.

Beliaulah, karenanya, pemilik segala Konstanta dan Variabel dunia ini juga!

Beliaulah juga, karenanya, Yang Maha Mengetahui segalanya, dan karenanya, yang mampu untuk menjadi Sang Maha Adil pula!

Maka, tirulah Beliau, karenanya, karena kita sesungguhnya datang dari Beliau pula.

Ingatlah bahwa Beliaulah yang meniupkan energi kehidupan saat kita sekitar empat puluh (40) hari di kandungan (QS An Nisaa' ayat 171, As Sajdah ayat 9, Shaad ayat 32, Al Hijr ayat 29, Al Anbiyaa ayat 91, At Tahrim ayat 12).

Lalu Beliaulah yang mengubah bentuk energi itu saat kita datang di dunia sebagai bayi, dan mengubah kembali bentuk energi itu, saat kita berpindah ke alam lain (QS As Sajdah ayat 11, An Nazi'at ayat 1-2, Al An'aam ayat 158 dsb), bersamaNya.

Dan Beliaulah yang menciptakan Alam Semesta ini bagi Ruh-ruh yang Beliau maksudkan sebagai Kholifah dengan tujuan tertentu itu (.

Dan betapa bentuk energi berupa Ruh itu, hanya Beliaulah yang mengetahuinya secara pasti (QS Al Israa' ayat 85), sementara bahkan Ruh itu tak dapat menghentikan masa kehidupannya sendiri, katakanlah jantungnya, kecuali dengan melawan fitrahNya.

Dan karenanya kita, makhlukNya, manusia, dan segala makhluk lain, adalah juga laksana sebuah Persamaan atau Pertidaksamaan Matematis dengan sejumlah variabel parameter kehidupan. Demikian, dalam pendekatan pemetaan Programa Dinamis dan Pemrograman Ilmu Komputer.
Maka ....

Jika ada makhlukNya mencuri energimu, menzalimi kamu, berusaha mengubah konstanta dan variabelmu, ... tak usahlah engkau bersedih, bergembiralah, bahkan tertawalah secukupnya dengan tak berlebihan jika engkau mau ...

.... Karena ia sesungguhnya hanya sedang mengurangi energinya sendiri, mengubah variabelnya, mengurangi energinya sendiri yang ia akibatkan dari mengurangi energimu, merusak keseseimbangan dunia dan akhirat dalam sistem besarNya, dan menempatkan dirinya, ke arah bawah, di Neraka itu, sebagai salah satu tempat akhir energi selain Surga, cepat atau lambat, baik di 'neraka dunia' maupun 'neraka akhirat'.

Demikian pula, menurut konsekuensi telaah ilmu Manajemen dalam konsep-kaidah "Rewards & Punishments" (Carrot & Stick) saja, bahkan. Tidakkah "Islam itu adalah Manajemen dan Manajemen yang baik adalah Islami"?

... Lebih baik kita selamati dia, dan/atau lebih baik lagi, kita doakan dan kita tolong dia, kita ingatkan dia, karena ia telah menjerumuskan dirinya sendiri ke suatu kehinaan, suatu bencana, yang mungkin tak ia sadari ... karena tolak-ukur/parameter kebenaran, sedang ia lupakan, kiranya.

Seperti yang dicontohkan Rosulullah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib sholollahu 'alaihi wasallam, saat beliau dihinai, dicaci-maki, dan bahkan dilempari sampai berdarah-darah di negeri Thaif (dan bahkan di banyak catatan peristiwa lain), dan beliau maafkan mereka semua, bahkan beliau doakan, karena beliau tahu, mereka hanyalah orang-orang yang belum berpengetahuan.

Dan seperti dalam banyak sekali kisah para Nabi yang berjumlah 124.000 dalam Islam itu (Hadits Riwayat Ahmad tentang jumlah Nabi).

Mereka, kaum yang menyalahi hukum energi, lebih pantas dikasihani, daripada dimaki.

Walaupun - dalam kasus di negeri Thaif - malaikat, dengan ijin Allah, telah menawari Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam untuk memusnahkan mereka ...

Atau dengan kata lain, ini pantas dilakukan, karena muslim (orang yang berserah diri) yakin dan tahu, bahwa sistem (manajemen) besar Allah, Tuhan Yang Maha Adil itu ada, dan berlaku.

Orang Jawa mengingatnya dengan kalimat, "Gusti Allah mboten sare", mungkin sebagai hasil ajaran yang mudah diingat dari para Da'i-Wali dari QS Al Baqarah ayat 255 (ayat Kursi). Betapa benar filsafat Jawa ini, karenanya. :-)

Dan kemudian kita tahu, dari catatan Sejarah, bahwa penduduk Thaif itu, setelah sedikit jeda waktu, menjadi muslim dengan suka-rela. :-)

Pada akhirnya, dengan menelaah seluruh rangkaian Sirah Rosululloh atau Sirah Nabawiyyah (kisah biografinya dan warisannya), beliau telah memberikan teladan yang sangat baik dan manusiawi kepada manusia, dan hal-hal yang dilakukannya adalah cerminan dari apa yang dikhotbahkannya, diajarkannya, untuk dapat dilakukan secara nyata, dan merupakan inspirasi akan hal-hal jenius yang mungkin untuk ditiru sedekat mungkin dan dilakukan manusia biasa manapun, yang berkembang sesuai fitrah akal dan hati manusia serta dengan pengamalan nilai agama yang realistis sebagai inspirasi sekaligus sarananya.

Di tengah berbagai cobaan hidup beliau yang sungguh berat, selain sebagai seorang Utusan Tuhan terakhir, ia pun adalah pemimpin besar kelas dunia yang mampu mengubah dunia ke arah lebih baik secara evolutif, alami, dan pantas (dan dengan yakin didudukkan sebagai orang terbesar yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia oleh sejarawan Michael H. Hart di dalam bukunya, ”Seratus Tokoh”).

Islam, karenanya pula lalu, adalah suatu perjanjian paling agung antara Tuhan (Khalik) dan makhlukNya, antara Majikan dan hambaNya; untuk mengatur kehidupan dan kehidupannya, dengan segala konsekuensi baik-buruknya. Dan Islam, karenanya pula dengan demikian, adalah kehidupan itu sendiri.

Dan kemudian kita tahu pula, banyak orang berubah menjadi sekutu yang kuat dan nyata, setelah mereka memerangimu, jika kita menyentuh hatinya.

Seperti terhadap beliau dan para Nabi lain.

Wahai Nabi sholallahu 'alaihi wasallam, darahmu yang mulia, sungguh tak percuma! :-)


Semoga bermanfaat dan minta maaf, atas kesalahan.

Wallahua'lam (Allah yang lebih mengetahuinya). Astaghfirulloh (aku memohon ampun kepad Allah).

Wassalaamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh (dan semoga engkau yang beriman dan kuhormati selamat, serta rajmat dan berkah Allah untukmu).

Abu Taqi Abdullah Machicky Mayestino Triono Soendoro.

2 komentar:

  1. Makasih atas informasinya yaa

    Aditiya@student.ipb.ac.id

    BalasHapus
  2. Bung. Kurang Pas jika anda menyebut kata BELIAU untk Allah. Ap susahnya anda menulis kata Allah Yg jumlah hurup.a hanya 5 d banding kata BELIAU. Anda bhs soal ilmu fisika namun KONYOLLLL

    BalasHapus