Kamis, 12 Mei 2011

10 AMALAN TERBALIK

Marilah kita bermuhasabah atau menilai dan menghitung kembali tentang amalan harian kita. Kadang-kadang kita akan dapati amalan kita terbalik atau bertentangan dari apa yang disyari’atkan oleh Islam. Mungkin kita tidak sadar atau telah dilalaikan atau membebek budaya hidup orang lain. Perhatikan amalan yang terbalik di bawaah ini:

1. Amalan kenduri yang dilakukan oleh keluarga yang ditinggalkan selepas sesuatu kematian (malam pertama, kedua, ketiga, ketujuh dan seterusnya) adalah terbalik dari apa yang dianjurkan oleh Rasulullah, di mana Rasulullah telah menganjurkan kepada tetangga untuk memasak makanan untuk keluarga yang tengah berduka dan kesusahan selepas ditinggalkan dengan tujuan meringankan kesusahan dan kesedihan mereka. Keluarga tersebut telah ditimpa kesedihan, terpaksa pula menyediakan makanan dan belanja untuk mereka yang datang membaca tahlil. Tidakkah mereka yang hadir makan kenduri tersebut khawatir kalau- kalau mereka termakan harta anak yatim yang ditinggalkan oleh almarhum/ah atau harta peninggalan almarhum yang belum diwariskan kepada yang berhak menurut Islam?

2. Kalau hadir ke kenduri walimatul urs (pernikahan) biasanya sering memberi salam tempel (hadiah uang yang diberi ketika/setelah bersalaman). Kalau semisal tak punya uang, maka kita merasa malu untuk pergi ke walimahan. Sebaliknya ketika melayat orang meninggal, malah tidak merasa malu jika tidak memberikan sedekah. Padahal seharusnya ketika melayat keluarga almarhumlah kita patut memberi sedekah. Kalau ke walimahan, seharusnya tidak memberi pun tak apa-apa karena sudah kewajiban tuan rumah untuk memberikan makanan buat tamu undangan, bukannya untuk menambah pendapatan atau membayar makanan yang disajikan.

3. Ketika menghadiri suatu majlis, bertemu pemimpin, bertemu orang terpandang, bertemu pacar, kita berpakaian bagus, rapi dan bersih. Tetapi bila mengadap Allah baik di rumah maupun di masjid, malah berpakaian sekenanya, atau malahan ada yang tak mengenakan baju. Tidakkah ini suatu perbuatan yang terbalik?

4. Kalau kita bertamu ke rumah orang dan disuguhkan jamuan, kita merasa segan untuk makan sampai habis apa yang dihidangkan karana rasa segan dan malu, sedangkan yang disunnahkan adalah untuk mengbiskan apa yang dihidangkan supaya tuan rumah merasa gembira dan tidak membazir.

5. Kalau sholat sunat di masjid sangat rajin, tapi kalau di rumah sangat malas. Padahal sebaik-baiknya sholat sunat itu banyak dilakukan di rumah seperti yang dianjurkan oleh Rasululllah.

6. Bulan puasa adalah bulan mendidik nafsu termasuk nafsu makan yang berlebihan tetapi kebanyakan pada realitanya dalam catatan perbelanjaan setiap rumah orang Islam akan kita dapati perbelanjaan di bulan puasa adalah yang tertinggi dalam setahun. Sedangkan sepatutnya perbelanjaan di bulan puasa adalah yang terendah. Bukankah terbalik amalan kita?

7. Ketika akan berangkat haji, kebanyakan orang akan membuat kenduri sebelum bertolak ke Mekah dan ketika pulang dari Mekah sama sekali tak diadakan syukuran maupun sedekah. Anjuran berkenduri dalam Islam antaranya ialah kerana selamat dari bermusafir, maka diadakanlah kenduri, bukan kerana ingin bermusafir maka diadakan kenduri. Bukankah amalan ini terbalik? Atau kita mempunyai tujuan lain?

8. Setiap orang tua merasa risau dengan pendidikan duniawi anaknya. Maka dikirimlah anak-anaknya ke kelas kursus meski itu mengeluarkan budget yang besar. Tapi kalau anaknya tidak bisa membaca Quran atau sholat, kebanyakan orang tua tidak risih dan seolah cuek tak perduli untuk mengajari atau mengirim anaknya untuk kursus baca Quran atau pendidikan khusus mempelajari Islam. Untuk guru kursus sanggup membayar sebulan anggaplah Rp 400.000,-. Tapi kepada guru mengaji untuk bayar Rp 15.000,- sebulan 20 kali hadir belajar pun tak sanggup. Bukankah terbalik amalan kita? Kita seharusnya takut dan cemas jika anak tidak bisa baca Al Quran atau bersholat. Mau ditaruh di mana muka ini ketika menghadap Allah kelak???

9. Kalau bekerja mengejar rezeki Allah tak peduli siang malam, pagi petang, wajib pergi kerja. Hujan atau angin ribut tetap diarungi demi mematuhi peraturan kerja. Tapi ke rumah Allah (masjid) tak hujan, tak panas, tak ada angin ribut pun tetap enggan datang ke masjid. Sungguh tak malu manusia begini, rezeki Allah diminta tapi untuk ke rumahNya saja segan dan malas.

10. Seorang isteri ketika hendak keluar rumah, bukan main lagi berhias. Tetapi diam di rumah, masyaAllah. Sedangkan yang dituntut itu seorang isteri berhias untuk suaminya, bukan berhias untuk orang lain. Perbuatan amalan yang terbalik seperti ini merupakan salah satu bibit keretakan dalam berumah tangga.

Cukup dengan contoh-contoh di atas. Marilah kita berlapang dada menerima hakikat sebenarnya. Marilah kita beralih kepada kebenaraan agar hidup kita menurut landasan dan ajaran Islam yang sebenarnya, bukan yang digubah mengikut selera kita. Allah yang menciptakan kita maka biarlah Allah yang menentukan peraturan hidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar