Rabu, 08 Juni 2011

Siapakah Zionis Israel Itu Sebenarnya? part V dan VI



awal abad ke-20, Scofield mulai memberikan catatan kaki pada Injil versi King James, Injil yang dipergunakan oleh negara-negara berbahasa Inggris, termasuk Amerika. Ayat-ayat di dalam Injil tersebut sama sekali tidak diganti, namun di bawahnya diberi banyak sekali catatan-catatan kaki yang seluruhnya berisi dukungan dan pembenaran bagi berdirinya negara Zionis-Israel di tanah Palestina. Catatan kaki itu bahkan lebih banyak daripada ayat Injil itu sendiri.


The Oxford University membayar Scofield yang disebutnya sebagai pastor dan menerbitkan Injil tersebut dengan jumlah yang teramat besar. Di tahun 1908 Scofield merampungkan kerjanya ini dan Injil versi King James yang telah ditulisi ratusan bahkan ribuan catatan kakinya itu disebut sebagai The Scofield Reference Bible, The Holy Bible. Oxford University Press menerbitkan Injil Scofield pada tahun 1909 dan melakukan promosi gila-gilaan sehingga Injil Scofield menjadi Injil paling laris di Amerika Serikat dan bahkan di dunia.

Di dalam Injilnya, Scofield sebenarnya meneruskan pandangan John N. Darby yang secara umum telah diterima oleh evangelikalisme arus utama dan fundamentalisme Protestan Amerika. Scofield Reference Bible kemudian menjadi Alkitab kaum fundamentalis Kristen di AS dan dunia.

Seorang murid Scofield yang paling berpengaruh, Lewis Sperry Chafer, di tahun 1924 mendirikan Dallas Theological Seminary, Sekolah Theologi Amerika yang begitu bersemangat membela pandangan dispensasionalisme pra-millenialis Darby dan Injil Scofield, dan yang jelas juga, mereka membela habis-habisan kepentingan Zionisme.

Para elit Zionis tidak saja memerintahkan Scofield ‘menulis ulang’ Injil, tetapi juga menyiapkan infrastrukturnya. Sesaat setelah terbitnya Injil Scofield, sejumlah gerakan Kristen evangelikal yang sedang tumbuh di Amerika segera menyambutnya dengan penuh semangat. Bahkan beberapa di antaranya tercatat sebagai anggota redaksi penulisan Injil Scofield ini. Injil baru ini pun kemudian menyebar di seantero Amerika dan juga Eropa, dipakai sebagai pegangan utama di gereja-gereja evangelikal, seminari, dan juga kelompok-kelompok studi Alkitab yang bertebaran di seluruh negeri.

Pendeta Billy Graham dan sejumlah pendeta-pendeta radikal yang memang dipersiapkan oleh elit Zionis Yahudi Internasional dengan penuh semangat mengkhotbahkan bahwa Injil Scofield merupakan Injil yang paling baik dari segi penafsiran. Kepada para jemaatnya, mereka menyatakan bahwa antara Kristen dengan kaum Yahudi itu satu kepentingan dan satu missi. Bahkan mereka, dengan mengutip ayat-ayat Injil secara serampangan, menyatakan siapa pun orang Kristen yang tidak mendukung Israel adalah terkutuk dan menentang kehendak Tuhan.

Dengan promosi besar-besaran dan didukung pabrik propaganda Yahudi Internasional, dari harian, majalah, bulletin, hingga radio, televisi, dan internet, serta kelompok-kelompok studi Alkitab yang banyak didirikan, secara perlahan namun pasti opini yang dikehendaki mereka pun terbentuk. Banyak sekali orang Amerika yang sekarang menganggap keberadaan Israel di tanah Palestina adalah sesuatu yang sah, sesuai dengan takdir Tuhan. Mereka kini mendukung Zionis-Israel tidak sekadar pertimbangan politik atau ekonomi, tetapi sudah menjadi bagian dari keyakinan keberagamaan mereka. Konspirasi Yahudi telah sangat berhasil mengubah opini warga Amerika, yang kemudian diikuti oleh gereja-gereja evangelikal di Eropa dan seluruh dunia.

Inilah sebabnya sekarang kita bisa dengan mudah melihat, begitu dekatnya dan setianya umat Kristen mendukung segala kebejatan dan kebiadaban yang dilakukan Israel, bahkan sekali pun pasukan Zionis itu menembaki gereja tempat Yesus dilahirkan. Injil Scofield merupakan Injil pijakan ideologis kelompok Judeo-Christian atau Zionis Kristen di Amerika dan juga dunia.

Sebagai conoh, beberapa catatan kaki buatan Scofield, yang tidak terdapat dalam Injil sebelumnya, adalah:

“Mereka yang menzalimi orang Yahudi niscaya akan bernasib buruk, (dan) mereka yang melindunginya akan bernasib baik. Masa depan akan membuktikan prinsip ini dengan cara yang luar biasa” (Catatan kaki 2, Genesis 12: 1)

“Tuhan telah berjanji pada suatu janji pemberkatan tanpa syarat kepada negara Israel untuk mewarisi suatu wilayah tertentu untuk selama-lamanya” (Catatan kaki 2, Genesis 12:1)

“Bagi suatu bangsa yang melakukan dosa berupa anti-semitisme—kepada mereka—akan menyebabkan penghukuman yang tidak bisa dielakkan” (Catatan kaki 3, Genesis 15: 1-7)

Freemasonry di Belakang Judeo Christianity

Awal mula terbentuknya kelompok Judeo-Christian atau Zionis-Kristen di AS, yang kini mainstream Kristen Amerika, berasal dari jejak Pendeta John N Darby yang berasal dari Gereja Skotlandia, sebuah denominasi dalam Gereja Anglikan dan pendiri Plymouth Brethen. Sejarah mengenal Skotlandia sebagai rumah asal para Freemasonry, setelah Skotlandia di masa kekuasaan Robert de Bruce menjadi tempat pelarian terbesar bagi Ksatria Templar yang dikejar-kejar pasukan gabungan Gereja dan Perancis.

Darby merupakan penggagas pertama doktrin dispensasionalisme pra-millennial. Bersama Pendeta Edward Irving, Darby sangat gencar mempromosikan dispensasionalisme pra-millennial dalam tahun 1824-1833 di Inggris dan Skotlandia. Sejak 1862 John N. Darby banyak berkunjung ke Amerika Utara. Dalam kurun waktu 25 tahun ia telah mengadakan tujuh perjalanan propaganda ke Amerika. Selama berkeliling di Amerika, Darby berupaya menanamkan pengaruhnya atas para pemimpin gereja evangelis Amerika. Yang menjadi pengikut Darby tercatat nama-nama seperti William E. Blackstone, James H. Brookes, Arno Gaebelein, Dwight L. Moody, dan Cyrus I. Scofield.

Selain itu, paham Injili Darby juga telah menyuburkan tumbuhnya sekolah-sekolah Alkitab, konferensi-konferensi tentang penggenapan “nubuat para nabi”, dan kelompok-kelompok kajian Alkitab. Awalnya memang sebatas di dalam gereja evangelis AS namun kemudian dengan cepat menyebar menjadi sesuatu yang sangat akrab di dalam aras fundamentalisme Amerika Serikat, yang marak pada tahun-tahun 1875 hingga 1920.

Darby sendiri sesungguhnya tidak pernah sukses berkarir di tanah kelahirannya. Namun walau demikian ia berhasil melakukan kunjungan sebanyak tujuh kali ke Amerika dengan agenda kegiatan dan wilayah yang dikunjunginya sangat luas. Tentu semuanya itu memerlukan dana yang tidak sedikit. Hal ini menimbulkan kecurigaan di kalangan pengamat bahwa di belakang Darby sesungguhnya ada pemodal Zionis-Yahudi yang mendukung perjalanannya itu. Bukankah perjalanan Darby dalam rangka kepentingan mereka juga?

William E. Blackstone (1841-1935) tercatat sebagai salah seorang Zionis-Kristen pertama di Amerika. Blackstone amat gigih selama puluhan tahun memperjuangkan kepentingan bangsa Yahudi. Dia adalah seorang penginjil dan juga pekerja dari Gereja Episkopal Methodis, juga pendiri American Messianic Fellowship International (1887). Blackstone menulis buku Jesus Is Coming (1887) dan sampai dengan tahun 1927 telah diterjemahkan ke dalam enam puluh bahasa dunia, termasuk Indonesia.

Di bukunya itu, Blackstone berdalih bahwa orang-orang Yahudi memiliki hak-hak alkitabiah atas tanah Palestina dan mereka akan segera menempati kembali tanah itu. Kemunculan gerakan Zionisme merupakan satu isyarat Alkitabiah bahwa Kristus akan segera datang kembali (Blackstone tidak menyebut Yesus Kristus, melainkan hanya Kristus, yang dalam keyakinan Ordo Kabbalah adalah Yohannes Pembaptis).

Lebih dari itu, Blackstone juga menegaskan bahwa orang Kristen harus dan wajib mempersiapkan serta membuka jalan bagi kedatangan kembali Yahudi Diaspora untuk menempati Tanah Palestina.

Buku Blackstone ini telah dicetak ulang berkali-kali dan jadi buku yang paling luas pembacanya di abad ke-20. Kesuksesan Blackstone diikuti oleh terbitnya buku-buku dan novel-novel sejenis. Dua penulis Kristen ultra-fundamentalis Amerika yang terkenal adalah Hal Lindsey (The Late Great Planet Earth, 1970) dan novel teologis Tim LaHaye (Serial Left Behind, 1995). Keduanya mengalami cetak ulang hingga sekarang telah beredar puluhan juta kopi di seluruh negara.

Dalam novel-novel Left Behind, Yesus digambarkan bukan sebagai seorang manusia yang penuh kasih dan mengajarkan damai, tapi digambarkan sebagai seorang super hero, mirip Rambo, yang gemar membunuh orang dengan dalih melakukan kehendak Tuhan. Sebuah wajah Yesus yang haus darah, yang akan segera menghukum tanpa ampun siapa pun yang tidak percaya padanya atau yang menghalangi kehendaknya.



Jika hal ini kita sejajarkan dengan sikap dan citra Presiden George W Bush yang haus perang dan darah, maka kita akan menemukan benang merah yang sangat kuat bahwa Bush sesungguhnya terinspirasi oleh gambaran Yesus “Rambo” yang ditulis oleh penulis-penulis pendukung paham Darby dan Scofield. Bagi siapa saja yang menginginkan paparan lebih rinci dan jelas mengenai Injil Scofield, silakan baca artikel Charles E. Carlson berjudul “The Zionist-created Scofield ‘bible’: The Source of the Problem in the Mid East, Why Judeo-Christians Support War”.

Judeo Christianity atau Zionis Kristen telah lama ada di Washington, dan sejak pemerintahan Ronald Reagan sering menggelar kebaktian di kantor kepresidenan, namun di masa Presiden George Walker Bush-lah kelompok ini sungguh-sungguh menunjukkan taringnya. Bush sendiri pernah mengatakan jika Amerika merupakan “Land of the Christ”, Tanahnya Mesiah.

Dalam pidato, kampanye, dan banyak buku mengenai George W Bush, sosok presiden AS ini digambarkan sebagai seorang Kristiani yang amat taat. Dalam situs whitehouse.org ada artikel bertajuk The Presidential Prayer Squad atau Skuadron Doa Kepresidenan. Mereka adalah George W Bush, Pastor Deacon Fred, Rev. Jerry Falwell, Jesus (!), Brother Harry Hardwick, dan Rev. Bob Jones Jr. Di halaman sebelah kanan artikel ada sejumlah agama dan ideology yang diberi tanda silang. Dari atas ke bawah adalah: Budhists, Hindus, Shiks, Rastafarians, dan Muslims. Kurang ajarnya, di bagian Muslim itu ada kotak berisi nama Allah dalam bahasa Arab yang diberi tanda silang.

Artikel itu mengisahkan, “Presiden Bush selalu memulai harinya jam sembilan pagi dengan berlutut di atas lantai Oval Office bersama Skuadron Doa Kepresidenannya untuk berdoa dan menghadap tuannya, The Lord Jesus. Ada Rev. Pat Robertson, Dr. Jerry Falwell, Rev. Bob Jones Jr., Pastor Deacon Fred, dan Brother Harry Hardwick…” Presiden Bush dilukiskan sebagai seorang Kristen yang dilahirkan kembali. Dari pemuda yang menyukai minuman keras dan ugal-ugalan menjadi seorang pengikut Yesus yang taat.

Di Masa pemerintahan Bush inilah, kali pertama pidato kenegaraan ditutup dengan doa bersama, hal ini menyiratkan kedekatan antara negara dengan agama, sesuatu yang belum pernah terjadi sejak Amerika Serikat berdiri.

Seharusnya, ‘kesalehan’ seorang Bush dan pejabat puncak pemerintahan Amerika dengan agama Kristen-nya, mampu menjadikan bumi ini lebih damai, adil, dan indah. Tapi ironisnya, hal yang terjadi adalah sebaliknya. Tidak seperti presiden-presiden Amerika lainnya yang masih memiliki sedikit pertimbangan dan mengedepankan strategi diplomatik, Bush dan lingkaran elitnya malah mengedepankan pemerintahan gaya koboi, tembak duluan, urusan benar atau salah nanti belakangan. Dan gilanya, hal ini mendapat pembenaran atas nama agama yang esensinya selalu mengklaim sebagai agama cinta kasih.

Bagaimana semua ini bisa terjadi? Adakah semua ini bisa ditemukan jawabannya dari apa yang disebut Judeo-Christian atau dalam bahasa yang lebih lugas: Zionis Kristen?

Judeo Christian Lahir Dari Rahim Zionisme

Definisi baku Judeo Christian atau Zionis Kristen mungkin tidak akan bisa kita temukan. Tapi secara hakikat, istilah ini mengacu pada keyakinan dan sikap keagamaan umat Kristen Amerika (dan juga Kristen Eropa serta sebagian besar dunia) yang memandang bahwa Zionisme merupakan hal yang harus didukung secara penuh, tanpa syarat, walau kaum Zionis-Israel membunuhi dan membantai anak-anak tak berdosa. Sebaliknya, mereka akan merasa berdosa apabila tidak mendukung atau mengecam Zionis-Israel, seakan berdosa kepada Tuhannya.

Ayat-ayat Injil yang sering dijadikan dalil utama bagi kelompok ini adalah Perjanjian Tuhan kepada Abraham. Abraham atau Ibrahim merupakan bapak dari Ismail yang kemudian menjadi generasi Nabi Muhammad SAW dan Ishaq yang menurunkan bangsa Yahudi. Bunyi perjanjian itu yang dimuat dalam kitab Genesis (Kejadian) Injil Perjanjian Lama King James version adalah:

“Dan aku akan menjadikan engkau suatu bangsa besar, dan Aku akan memberkati engkau, dan menjadikan nama engkau besar; dan terberkatilah engkau’ (Gen 12:2)

“Dan Aku akan memberkati mereka yang memberkati engkau, dan mengutuk mereka yang mengutuk engkau; dan di dalam diri engkaulah semua keluarga dari dunia akan diberkati” (Gen 12: 3).

Inilah ayat-ayat yang dijadikan dalil utama kelompok Zionis-Kristen di dalam sikapnya membela Israel tanpa syarat. Padahal di dalam sejarah penulisan Injil, kita sudah mengetahui bahwa kaum Yahudi telah merusak kesucian Injil yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Isa a.s.

Sayang sekali, orang-orang Kristen tidak mengetahui atau mungkin tidak mau tahu tentang Talmud. Kitab iblis yang disucikan Zionis Yahudi ini. Padahal, jika saja mereka mau meluangkan waktu sedikit saja untuk membuka lembar demi lembar kitab iblis itu dan mencari ayat-ayat bagaimana sebenarnya sikap kaum Zionis-Yahudi terhadap Yesus dan kekristenan, maka pasti orang-orang Kristen akan berbalik arah dan memusuhi kaum Zionis-Yahudi. Lihatlah apa kata Talmud terhadap Yesus:

“Pada malam kematiannya, Yesus digantung dan empatpuluh hari sebelumnya diumumkan bahwa Yesus akan dirajam (dilempari batu) hingga mati karena ia telah melakukan sihir dan telah membujuk orang untuk melakukan kemusyrikan (pemujaan terhadap berhala)… Dia adalah seorang pemikat, dan oleh karena itu janganlah kalian mengasihaninya atau pun memaafkan kelakuannya” (Sanhedrin 43a)

“Yesus ada di dalam neraka, direbus dalam kotoran (tinja) panas” (Gittin 57a)

“Ummat Kristiani (yang disebut ‘minnim’) dan siapa pun yang menolak Talmud akan dimasukkan ke dalam neraka dan akan dihukum di sana bersama seluruh keturunannya” (Rosh Hashanah 17a).

“Barangsiapa yang membaca Perjanjian Baru tidak akan mendapatkan bagian ‘hari kemudian’ (akhirat), dan Yahudi harus menghancurkan kitab suci umat Kristiani yaitu Perjanjian Baru “ (Shabbath 116a)

Inilah ungkapan hati Talmud yang sesungguhnya tentang Yesus dan umat Kristen. Siapa pun yang mengaku sebagai seorang Kristen, setelah mengetahui ayat-ayat pelecehan dari Talmud kepada Yesus dan agamanya, tetapi masih saja mendukung Zionis-Yahudi, masih saja membantu Israel, maka ia sebenarnya telah ikut-ikutan melecehkan agamanya sendiri. Jika tidak percaya, silakan ambil Talmud dan baca sendiri.

Jews Singapore Connection

Yang ketiga, Unggun ‘Samuel’ Dahana dan para kolaborator Zionis lainnya menyatakan kepada wartawan jika acara yang digagaskan juga akan menghadirkan orang-orang Yahudi dari luar Indonesia, terutama Singapura, dan juga diliput oleh jurnalis Israel. Walau akhirnya kita ketahui hal ini tidak terjadi, namun apa yang telah keluar dari mulut mereka harus kita perhatikan dan kritisi.

Sudah menjadi pengetahuan umum jika Singapura memang merupakan basis Yahudi di Asia Tenggara, bahkan Asia Pasifik. Buku “Singapura Basis Israel di Asia Tengara” (Rizki Ridyasmara, 2005) telah cukup memaparkan bagaimana Zionis Israel turut serta membangun negeri mini tersebut namun memiliki pengaruh dan kekuatan militer kawasan yang maksi. Semua lobi Zionis Israel di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik selalu saja dikendalikan dari Singapura. Sangat mungkin termasuk mengendalikan para kolaborator Zionis di Indonesia. [bersambung/rz]
eramuslim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar